# Dari Gagal SBMPTN ke Tanah Suci: Perjalanan Tak Terduga Seorang Gen Z Bersama Pusat Umroh
**Bab Awal: Saat Mimpi Kuliah Runtuh di Depan Mata**
“Gue gagal lagi, Ma…” suara Nisa bergetar.
Gadis 19 tahun itu baru saja menerima pengumuman bahwa ia tak lolos SBMPTN untuk kedua kalinya.
Ia menatap layar laptop dengan mata berkaca-kaca, merasa hidupnya berantakan.
Teman-temannya sudah sibuk posting welcome to campus di Instagram, sementara dirinya masih di rumah, bingung harus bagaimana.
Sore itu, ibunya menenangkannya,
“Mungkin Allah سبحانه وتعالى lagi nyiapin jalan lain buat kamu, Nak. Coba istirahat dulu, jangan sedih terus.”
Beberapa hari kemudian, ibunya memperlihatkan brosur [Pusat Umroh](https://www.pusatumroh.id/).
“Gimana kalau kamu ikut Umroh Plus Aqsho dulu? Siapa tahu hati kamu jadi tenang.”
**Awalnya Nisa menolak.**
“Ma, aku tuh gagal kuliah, bukan mau jalan-jalan.”
Tapi ibunya tersenyum,
“Siapa bilang ke Tanah Suci itu jalan-jalan? Itu perjalanan mencari arah.”
Kata-kata itu melekat di kepala Nisa. Malamnya ia berpikir panjang… dan akhirnya mendaftar.
**Perjalanan Dimulai: Dari Bingung ke Kagum**
Hari keberangkatan tiba.
Nisa berangkat dengan rombongan Pusat Umroh yang sebagian besar berisi jamaah dewasa.
Awalnya ia merasa canggung — hanya dirinya yang berusia belasan tahun.
Namun, di bandara Amman, ia mulai merasa sesuatu yang berbeda.
Begitu menjejak tanah Yordania, hawa gurun yang sejuk dan langit jingga saat matahari terbenam membuatnya terdiam kagum.
“Cantik banget… kayak bukan di dunia,” bisiknya pelan.
Hari pertama mereka menuju Gua Ashabul Kahfi, tempat para pemuda beriman tidur selama berabad-abad atas izin Allah سبحانه وتعالى.
Pemandu menjelaskan kisah mereka, bagaimana anak-anak muda itu memilih iman daripada kemewahan dunia.
Nisa merinding.
“Mereka seumuran aku, tapi imannya segitu hebatnya…”
Untuk pertama kali sejak lama, ia merasa ingin berubah, ingin punya tujuan hidup yang lebih besar dari sekadar lolos kuliah.
**Langkah ke Palestina: Air Mata di Masjidil Aqsho**
Perjalanan dilanjutkan ke Palestina, menuju Masjidil Aqsho.
Begitu Nisa melihat kubah emas berkilau di bawah matahari sore, hatinya langsung bergetar.
Saat melangkah ke dalam masjid, ia melihat anak-anak Palestina yang tersenyum walau hidup di bawah bayang-bayang konflik.
Ia meneteskan air mata.
“Aku gagal dikit aja udah nyerah, tapi mereka hidupnya jauh lebih berat, tetap kuat.”
Malam itu, Nisa shalat dan menangis lama di Masjidil Aqsho.
Ia berdoa,
“Ya Allah, maafin aku yang sering kecewa sama takdir-Mu. Tunjukin aku jalan terbaik buat hidupku.”
Sejak malam itu, pikirannya berubah.
Ia mulai sadar bahwa kegagalan kuliah bukan akhir — mungkin justru awal dari perjalanan menemukan dirinya sendiri.
**Umroh di Tanah Haram: Saat Doa Menemukan Makna**
Setelah Palestina, rombongan Pusat Umroh melanjutkan ke Tanah Suci Makkah.
Saat pertama kali melihat Ka’bah, Nisa menutup mulutnya, menahan tangis.
“Ya Allah, aku beneran di sini…”
Seluruh penyesalan, rasa malu, dan kecewa tumpah dalam sujud panjang.
Di tengah thawaf, seorang jamaah tua berbisik padanya,
“Nak, setiap doa yang tak terkabul bukan berarti ditolak. Kadang Allah سبحانه وتعالى cuma bilang, ‘Aku punya rencana yang lebih indah.’”
Kata-kata itu seperti menenangkan badai di hatinya.
Ia menatap Ka’bah dengan senyum lembut — kali ini tanpa air mata, hanya rasa syukur yang dalam.
**Madinah: Hati yang Pulih di Kota Penuh Cinta Rasulullah ﷺ**
Di Madinah, Nisa merasa damai luar biasa.
Ia duduk lama di Raudhah, taman surga di Masjid Nabawi, dan berdoa di hadapan makam Rasulullah ﷺ.
“Ya Rasulullah ﷺ, ajarkan aku untuk sabar seperti engkau. Biar aku bisa bangkit lagi dengan hati yang baru.”
Malam itu, ia menulis di catatan ponselnya:
“Gue datang ke sini karena gagal, tapi pulang nanti gue bawa harapan baru.”
**Kembali ke Tanah Air: Jalan Baru yang Tak Terduga**
Sepulang dari [Umroh Plus Aqsho](https://www.pusatumroh.id/umroh-plus-aqso/), Nisa bukan lagi gadis yang murung dan pesimis.
Ia mulai aktif ikut kegiatan sosial di masjid, membuat konten dakwah ringan di TikTok, dan mendaftar kursus desain grafis online.
Videonya tentang perjalanan spiritual di Umroh Plus Aqsho justru viral — jutaan views dalam seminggu.
Banyak yang menulis komentar:
“Terima kasih udah bikin aku pengen ke Aqsho juga.”
“Aku juga pernah gagal kuliah, tapi sekarang jadi semangat lagi setelah nonton ini.”
Dan siapa sangka?
Beberapa bulan kemudian, sebuah universitas swasta menawarkan beasiswa penuh untuknya — karena terinspirasi dari konten dan ketulusan pesannya.
Nisa tersenyum dan menulis di jurnalnya:
“Ternyata, saat Allah سبحانه وتعالى menutup satu pintu, Dia sedang menyiapkan gerbang yang lebih indah.”
Kini Nisa sering diundang sebagai pembicara di seminar motivasi remaja.
Ia selalu menutup ceritanya dengan kalimat yang membuat banyak orang terdiam:
“Aku gagal kuliah, tapi berhasil menemukan diriku sendiri. Dan semua itu dimulai dari perjalanan bersama Pusat Umroh menuju [Umroh Plus Aqsho](https://www.pusatumroh.id/umroh-plus-aqso/).”
✨ Pusat Umroh bukan sekadar travel. Ia adalah jembatan — menghubungkan manusia yang kehilangan arah dengan Tuhan yang selalu menunggu mereka pulang.